Delapan Masalah Umum Rekaman dan Solusinya
Masalah non-teknis yang paling sering dihadapi saat merekam vokal adalah suara hembusan napas ke mikrofon (pop), suara bibir dan gigi (sibilance), dan suara air liur (mouth click). Yang paling menyebalkan adalah, tidak peduli seberapa hati-hati pengucapan dan artikulasinya, masalah ini tetap sulit untuk segera atau sepenuhnya diperbaiki; bahkan ketika ekspresi musik, ketepatan nada, dan ketukan sudah mencapai kondisi paling sempurna, masalah pop dan sibilance selalu muncul pada beberapa kata atau kalimat kunci. Ini sangat mengganggu. Hari ini, saya akan berbagi beberapa metode untuk memperbaiki masalah jenis ini.
1. Windscreen (Penutup Angin)
Windscreen, biasa disebut pop filter, secara material terbuat dari jaring sutra & jaring logam (menggunakan prinsip fluida/turbulensi). Memasang windscreen selain dapat menghalangi percikan air liur langsung mengenai mikrofon, sehingga melindungi mikrofon dan memperpanjang umur membran penerima suara, juga efektif mengurangi pop akibat pengucapan dan artikulasi khusus; selain itu, ketika sibilance berlebihan menyebabkan frekuensi tinggi terdengar menusuk, dapat diuji dengan mengganti kedua jenis material windscreen secara bergantian untuk memperbaiki masalah semacam ini.
2. Sudut Mikrofon
Sebagai contoh, dalam lari, untuk mengurangi hambatan angin, tubuh akan dimiringkan sedikit, atau memakai pakaian yang lebih ketat, tujuannya adalah mengurangi area permukaan tubuh yang menghadap angin sehingga hambatan besar berkurang. Oleh karena itu, saat merekam, sesuaikan sedikit sudut kemiringan mikrofon itu sendiri, sehingga membran tidak langsung menerima gelombang kejut dari pop yang menghasilkan suara 'boom' frekuensi rendah.
3. Posisi Proyeksi Suara Relatif terhadap Membran
Prinsipnya cukup mirip dengan poin di atas, tetapi disesuaikan oleh penyanyi sendiri, yaitu posisi proyeksi suara terhadap mikrofon, dengan sengaja sedikit menggeser posisi sehingga tidak tepat lurus menghadap membran penerima saat merekam; cara perekaman seperti ini dapat secara signifikan memperbaiki masalah pop dan sibilance, dan efeknya lebih baik jika dikombinasikan dengan penggunaan windscreen.
4. Jarak Perekaman
Yang dimaksud di sini adalah jarak antara penyanyi dan mikrofon. Faktanya, setiap jenis mikrofon (berbeda jenis dan merek) memiliki karakter dan keunikan tersendiri, sehingga cara mengatur jarak dengan mikrofon dan bagaimana vokal berinteraksi dengan mikrofon, sebaiknya disesuaikan oleh teknisi rekaman yang lebih berpengalaman dan memahami karakteristik mikrofon; teknisi rekaman menggunakan penilaian profesional dan pengalamannya untuk memutuskan 'seberapa banyak jarak yang harus disesuaikan untuk memperbaiki masalah pop & sibilance' sekaligus 'mempertahankan efek perekaman terbaik'.
Efek Kedekatan (Proximity Effect): Efek ini muncul ketika jarak penyanyi dan mikrofon mencapai tingkat kedekatan tertentu (jarak efek kedekatan berbeda tergantung pada jenis mikrofon dan prinsip desain membran yang berbeda). Menyertai efek ini, frekuensi menengah-bawah suara akan menjadi lebih menonjol, menyebabkan detail napas penyanyi saat bernyanyi secara keseluruhan menjadi lebih jelas (sebagian besar detail napas tersembunyi di rentang frekuensi menengah-bawah; tetapi karena jarak perekaman semakin dekat, masalah pop dan sibilance juga diperkuat energinya), masalah bibir-gigi, air liur, dll. juga akan semakin parah.
Biasanya saat merekam, jarak perekaman yang disarankan adalah windscreen ke mikrofon sebesar 1 kepalan tangan, dan jarak penyanyi ke windscreen sebesar 1~2.5 kepalan tangan; rekomendasi operasional dasar di atas adalah untuk jenis mikrofon umum. Jika tidak terlalu familiar dengan jarak yang sesuai, disarankan untuk membaca manual mikrofon dan melakukan tes rekaman aktual dengan berbagai jarak perekaman untuk mengetahui karakteristik suara yang dihasilkan.
5. Penanganan Manual
Faktanya, setelah rekaman selesai, dengan mengamati trek suara secara cermat, dapat menemukan posisi munculnya masalah pop, sibilance, dll. Pada saat itu, volume pada posisi tersebut dapat dikurangi sedikit atau dipotong langsung kemudian dilakukan fade in/fade out. Tetapi tetap perlu memperhatikan perubahan napas sebelum dan sesudahnya serta kelancaran intonasi, untuk menghindari terputusnya emosi atau ketidaklancaran kalimat.
6. EQ/Plugin
Ini mungkin cara yang paling disukai banyak orang, yaitu menggunakan EQ untuk mengurangi rentang frekuensi tertentu di mana sibilance atau pop sangat jelas, atau menggunakan plugin tertentu yang dapat mendeteksi masalah seperti ini secara otomatis (misalnya De-Esser) untuk penanganan otomatis. Namun, dari sudut pandang teknisi rekaman, jika dapat ditangani secara manual pada tahap pra-rekaman dan pemilihan trek saat editing, akan membuat trek vokal keseluruhan mempertahankan dinamika alami yang lebih banyak.
1. Windscreen (Penutup Angin)
Windscreen, biasa disebut pop filter, secara material terbuat dari jaring sutra & jaring logam (menggunakan prinsip fluida/turbulensi). Memasang windscreen selain dapat menghalangi percikan air liur langsung mengenai mikrofon, sehingga melindungi mikrofon dan memperpanjang umur membran penerima suara, juga efektif mengurangi pop akibat pengucapan dan artikulasi khusus; selain itu, ketika sibilance berlebihan menyebabkan frekuensi tinggi terdengar menusuk, dapat diuji dengan mengganti kedua jenis material windscreen secara bergantian untuk memperbaiki masalah semacam ini.
2. Sudut Mikrofon
Sebagai contoh, dalam lari, untuk mengurangi hambatan angin, tubuh akan dimiringkan sedikit, atau memakai pakaian yang lebih ketat, tujuannya adalah mengurangi area permukaan tubuh yang menghadap angin sehingga hambatan besar berkurang. Oleh karena itu, saat merekam, sesuaikan sedikit sudut kemiringan mikrofon itu sendiri, sehingga membran tidak langsung menerima gelombang kejut dari pop yang menghasilkan suara 'boom' frekuensi rendah.
3. Posisi Proyeksi Suara Relatif terhadap Membran
Prinsipnya cukup mirip dengan poin di atas, tetapi disesuaikan oleh penyanyi sendiri, yaitu posisi proyeksi suara terhadap mikrofon, dengan sengaja sedikit menggeser posisi sehingga tidak tepat lurus menghadap membran penerima saat merekam; cara perekaman seperti ini dapat secara signifikan memperbaiki masalah pop dan sibilance, dan efeknya lebih baik jika dikombinasikan dengan penggunaan windscreen.
4. Jarak Perekaman
Yang dimaksud di sini adalah jarak antara penyanyi dan mikrofon. Faktanya, setiap jenis mikrofon (berbeda jenis dan merek) memiliki karakter dan keunikan tersendiri, sehingga cara mengatur jarak dengan mikrofon dan bagaimana vokal berinteraksi dengan mikrofon, sebaiknya disesuaikan oleh teknisi rekaman yang lebih berpengalaman dan memahami karakteristik mikrofon; teknisi rekaman menggunakan penilaian profesional dan pengalamannya untuk memutuskan 'seberapa banyak jarak yang harus disesuaikan untuk memperbaiki masalah pop & sibilance' sekaligus 'mempertahankan efek perekaman terbaik'.
Efek Kedekatan (Proximity Effect): Efek ini muncul ketika jarak penyanyi dan mikrofon mencapai tingkat kedekatan tertentu (jarak efek kedekatan berbeda tergantung pada jenis mikrofon dan prinsip desain membran yang berbeda). Menyertai efek ini, frekuensi menengah-bawah suara akan menjadi lebih menonjol, menyebabkan detail napas penyanyi saat bernyanyi secara keseluruhan menjadi lebih jelas (sebagian besar detail napas tersembunyi di rentang frekuensi menengah-bawah; tetapi karena jarak perekaman semakin dekat, masalah pop dan sibilance juga diperkuat energinya), masalah bibir-gigi, air liur, dll. juga akan semakin parah.
Biasanya saat merekam, jarak perekaman yang disarankan adalah windscreen ke mikrofon sebesar 1 kepalan tangan, dan jarak penyanyi ke windscreen sebesar 1~2.5 kepalan tangan; rekomendasi operasional dasar di atas adalah untuk jenis mikrofon umum. Jika tidak terlalu familiar dengan jarak yang sesuai, disarankan untuk membaca manual mikrofon dan melakukan tes rekaman aktual dengan berbagai jarak perekaman untuk mengetahui karakteristik suara yang dihasilkan.
5. Penanganan Manual
Faktanya, setelah rekaman selesai, dengan mengamati trek suara secara cermat, dapat menemukan posisi munculnya masalah pop, sibilance, dll. Pada saat itu, volume pada posisi tersebut dapat dikurangi sedikit atau dipotong langsung kemudian dilakukan fade in/fade out. Tetapi tetap perlu memperhatikan perubahan napas sebelum dan sesudahnya serta kelancaran intonasi, untuk menghindari terputusnya emosi atau ketidaklancaran kalimat.
6. EQ/Plugin
Ini mungkin cara yang paling disukai banyak orang, yaitu menggunakan EQ untuk mengurangi rentang frekuensi tertentu di mana sibilance atau pop sangat jelas, atau menggunakan plugin tertentu yang dapat mendeteksi masalah seperti ini secara otomatis (misalnya De-Esser) untuk penanganan otomatis. Namun, dari sudut pandang teknisi rekaman, jika dapat ditangani secara manual pada tahap pra-rekaman dan pemilihan trek saat editing, akan membuat trek vokal keseluruhan mempertahankan dinamika alami yang lebih banyak.