Berita

Modifikasi Audio Mobil: Dari Pemula hingga Mahir

2025-05-29
   Apakah Anda merasa suara audio bawaan mobil kurang berlapis, soundstage sempit, vokal kurang padu?
   Bahkan jika Anda sudah mengupgrade audio sekali, apakah masih merasa treble kurang cerah, bass kurang mantap?
   Apakah Anda merasa mendengarkan lagu di audio bawaan mobil tidak lebih baik daripada mendengarkan radio?
   Jika Anda mengalami salah satu dari masalah di atas, mungkin Anda perlu mengupgrade audio di mobil Anda. Jika Anda tidak tahu cara memodifikasi audio mobil, Anda bisa mengikuti kami. Setiap Senin, Rabu, Jumat, Very City Automotive akan membawakan kursus khusus — Modifikasi Audio Mobil: Dari Pemula hingga Mahir. Setiap pelajaran hanya perlu beberapa menit untuk dibaca, belajar modifikasi audio mobil dengan mudah!
   I. Pengetahuan Akustik Terbagi Tiga Bagian
  (A) Suara
   Suara adalah getaran molekul udara. Getaran suatu benda (kita sebut "sumber suara") menyebabkan molekul udara bergetar, masuk ke telinga manusia menyebabkan gendang telinga bergetar, melalui serangkaian organ pendengaran seperti telinga tengah, telinga dalam, dll., sehingga manusia mendengar suara. Tidak semua getaran molekul udara membentuk suara. Getaran molekul udara memiliki pola tertentu, kita menggambarkannya sebagai "gelombang". Berikut penjelasan sederhana tentang "gelombang suara":
  (B) Gelombang Suara
   Melemparkan batu ke permukaan air yang tenang akan membentuk gelombang air yang menyebar ke segala arah. Ini adalah "gelombang" yang bisa kita lihat secara intuitif. Gelombang suara yang dibentuk oleh getaran molekul udara sedikit lebih kompleks. Ini adalah gelombang rapat-renggang (longitudinal wave) yang menyebar secara tiga dimensi dari sumber suara. Molekul udara tidak bergerak dari sumber suara langsung ke telinga Anda, tetapi bergetar di posisi aslinya, sehingga menyebabkan molekul udara di sebelahnya ikut bergetar. Begitulah suara menyebar dengan cepat dari sumber suara. Kecepatan rambat suara di udara adalah 331 meter/detik.
   Contoh sederhana: gerakan ombak di hamparan gandum sangat mirip dengan gelombang suara. Arah getaran partikel sejajar dengan arah gerak gelombang. Gelombang membutuhkan medium untuk merambat, gerakan ombak gandum berhenti secara alami di tepi pematang. Medium rambat gelombang suara adalah molekul udara, jadi di ruang hampa, suara tidak bisa merambat.
  (C) Frekuensi Suara
   Jumlah getaran gelombang suara per detik disebut frekuensi.
   Frekuensi antara 20Hz~20KHz disebut gelombang suara (audible sound);
   Frekuensi lebih besar dari 20KHz disebut ultrasound (ultrasonic wave);
   Frekuensi kurang dari 20Hz disebut infrasound (infrasonic wave).
   Ultrasound dan infrasound tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Gelombang gempa dan tsunami adalah infrasound. Beberapa hewan memiliki pendengaran yang jauh lebih sensitif daripada manusia, misalnya kelelawar bisa "mendengar" ultrasound.
   Sangat jarang ada "nada murni" (pure tone) frekuensi tunggal di dunia. Suara yang kita dengar sebagian besar adalah suara gabungan (complex sound) dari berbagai frekuensi, seperti nada tunggal yang dihasilkan instrumen musik adalah complex sound periodik, sedangkan suara ucapan adalah complex sound non-periodik.
   Mari kita pahami frekuensi suara secara lebih intuitif:
   Suara "pung pung" drum bass frekuensinya sangat rendah, sekitar puluhan hertz;
   Rentang frekuensi suara manusia terutama antara 200Hz hingga 4000 Hz;
   Suara gong dan bel sekitar 2000 Hz hingga 3000Hz;
   Dalam suara manusia, suara wanita sedikit lebih tinggi frekuensinya daripada pria; suara anak-anak lebih tinggi frekuensinya daripada orang dewasa; Suara "a" frekuensinya rendah, suara "i" frekuensinya sedikit lebih tinggi, suara "c" dan "s" frekuensinya paling tinggi. Mengetahui ini sangat berguna, dalam pemilihan praktis, Anda sering dapat menggunakannya untuk menguji respons pasien terhadap frekuensi suara sebelum dan sesudah memakai alat bantu dengar.
   II. Sifat Dasar Suara
  (A) Karakteristik Perambatan Gelombang Suara
   Gelombang suara menghasilkan fenomena refleksi (pemantulan), refraksi (pembiasan), difraksi (pelenturan), dan interferensi saat merambat:
  (1) Refleksi dan Refraksi: Saat gelombang suara berpindah dari satu medium ke medium lain di permukaan batas, terjadi refleksi. Saat bertemu rintangan, sebagian gelombang suara akan memasuki rintangan dan mengalami refraksi.
  (2) Difraksi: Saat gelombang suara bertemu dinding atau rintangan lain, sebagian gelombang suara akan melengkung di sekitar tepi rintangan dan terus merambat. Fenomena ini disebut difraksi.
  (3) Interferensi: Interferensi mengacu pada fenomena di mana gelombang suara dengan frekuensi yang sama saling bertumpuk saat merambat, menyebabkan suara menguat di beberapa tempat dan melemah di tempat lain.
   Selain tiga karakteristik utama di atas, gelombang suara juga memiliki karakteristik seperti penyerapan dan transmisi, resonansi, atenuasi (pelemahan), dll. saat merambat.
  (B) Tiga Elemen Suara
   Suara terutama ditampilkan melalui tiga elemen: Loudness (Kenyaringan), Pitch (Nada), dan Timbre (Warna Suara).
  (a) Loudness (Kenyaringan): Merupakan persepsi subjektif telinga manusia terhadap kekuatan suara. Loudness terutama tergantung pada amplitudo gelombang suara.
  (b) Pitch (Nada): Merupakan persepsi subjektif telinga manusia terhadap tinggi rendahnya nada suara. Pitch terutama tergantung pada frekuensi gelombang suara.
  (c) Timbre (Warna Suara): Merupakan persepsi subjektif telinga manusia terhadap karakteristik suara. Timbre terutama tergantung pada struktur spektrum suara.
   Tiga Elemen Suara
   Rentang Intensitas dan Frekuensi Suara yang Dapat Didengar
   III. Karakteristik Dasar Pendengaran Manusia
  (A) Rentang Pendengaran Manusia
   Audible Sound (Suara yang Dapat Didengar), Hearing Threshold (Ambang Pendengaran), dan Pain Threshold (Ambang Nyeri) menentukan rentang pendengaran manusia.
  (1) Audible Sound (Suara yang Dapat Didengar): Suara yang dapat didengar oleh orang normal, rentang frekuensinya 20 Hz ~ 20 kHz, disebut frekuensi audio.
  (2) Hearing Threshold (Ambang Pendengaran): Suara yang dapat didengar harus mencapai intensitas tertentu. Rentang intensitas yang dapat didengar orang normal adalah 0 ~ 140 dB. Tingkat tekanan suara terendah yang membuat suara terdengar disebut ambang pendengaran, dan ini terkait dengan frekuensi suara. Dalam lingkungan mendengarkan yang baik, anak muda dengan pendengaran normal, ambang pendengaran pada rentang frekuensi 800~5000 Hz sangat mendekati nol desibel (berkaitan dengan nilai tekanan suara gelombang suara sebesar 0.00012 Pascal).
  (3) Pain Threshold (Ambang Nyeri): Tingkat tekanan suara yang membuat telinga terasa sakit disebut ambang nyeri, dan ini tidak terlalu terkait dengan frekuensi suara. Biasanya, saat tingkat tekanan suara mencapai 120 dB, telinga manusia merasa tidak nyaman; lebih dari 140 dB, telinga terasa sakit; lebih dari 150 dB, telinga manusia dapat mengalami cedera akut.
  (B) Karakteristik Loudness yang Setara (Equal-Loudness)
   Karakteristik Loudness yang Setara mencerminkan persepsi kenyaringan dasar manusia terhadap nada murni (pure tone) frekuensi berbeda, biasanya diwakili oleh kurva equal-loudness.
  (1) Telinga manusia paling sensitif terhadap suara dalam rentang frekuensi 3~4 kHz. Sensitivitas telinga manusia terhadap suara frekuensi rendah dan tinggi berkurang.
  (2) Semakin tinggi tingkat tekanan suara, kurva equal-loudness semakin mendatar. Tingkat tekanan suara yang berbeda menghasilkan perbedaan besar pada kurva equal-loudness, terutama di rentang frekuensi rendah. Oleh karena itu, saat memutar suara, terutama pada volume kecil, diperlukan sirkuit loudness control (kontrol kenyaringan) untuk kompensasi.
  (C) Karakteristik Ambang Pendengaran (Hearing Threshold)
   Karakteristik Ambang Pendengaran mengacu pada karakteristik di mana telinga manusia memiliki sensitivitas pendengaran yang berbeda terhadap suara frekuensi berbeda. Biasanya, orang normal dapat mendengar suara dengan rentang intensitas 0 ~ 140dB. Ambang pendengaran telinga manusia pada frekuensi 800Hz ~ 5kHz sangat mendekati 0dB, tetapi sensitivitas pendengaran terhadap sinyal di bawah 100Hz atau di atas 18kHz berkurang drastis.
  (D) Karakteristik Masking Pendengaran (Auditory Masking)
   Karakteristik Masking Pendengaran mengacu pada fenomena di mana suara yang lebih kuat sering menutupi suara yang lebih lemah, membuat suara yang lebih lemah tidak terdengar. Masking ini ada dua jenis: frequency masking (masking frekuensi) dan temporal masking (masking waktu).
  (1) Frequency Masking (Masking Frekuensi). Mengacu pada sinyal frekuensi dengan amplitudo besar yang menutupi sinyal frekuensi dengan amplitudo relatif kecil di frekuensi yang berdekatan, membuat sinyal kecil tidak terdengar.
  (2) Temporal Masking (Masking Waktu). Mengacu pada, dalam waktu, suara kuat menutupi suara lemah beberapa saat sebelum dan sesudahnya, membuatnya tidak terdengar.